Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 18 Desember 2014

HISTORYCAL THINKING (BERPIKIR SEJARAH)

1 Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Sejarah

           Menurut Hasan (1996:92) pendidikan IPS bertujuan untuk mengembangakan keterampilan berpikir, sikap, dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial dan budaya, maka tentu juga hal ini menjadi tujuan dalam pembelajaran sejarah. Keterampilan berpilar kesejarahan juga menjadi tekanan yang perlu dikembangkan bagi siswa dalam proses pembelajaran sejarah. Hal ini mengantisipasi dan mengeliminir banyaknya temuan penelitian yang menggambarkan kelemahan pendidikan IPS dan sejarah, diantaranya mengutamakan peran buku teks dan fakta-fakta.
           Menurut Samuel Wineburg (2007) bahwa disiplin sejarah bermakna ganda, serupa namun berbeda. Pengertian pertama: “… the disciplines of the university: those bodies of knowledge that have accrued over generations, each with its own distinctive means of investigation and form of argument.” Pengertian kedua yang merupakan makna sejatinya bahwa disiplin sejarah merupakan … “the opposite of disorderly, slovenly, whimsical, and capricious. In this sense of discipline, history teaches us to resist first-draft thinking and the flimsy conclusions that are its fruits.” Lebih lanjut tulis Sam Wineburg bila kita menelantarkan pembelajaran sejarah maka: “… we are destined to be history’s victims rather than its students.”
           Pada abad ke-21 ini, pendidikan sejarah perlu diperbarui untuk menyiapkan generasi muda yang dapat mengantisispasi dan beradaptasi dengan masa depan, karenannya tidak sesuuai lagi dengan menekankan hanya pada hafalan fakta, tetapi lebih menekankan ada aktivitas siswa dengan keterampilan proses. Seperti yang diungkapkan oleh Rose dan Nicholf (1997) bahwa tujuan utama belajar adalah belajar bagaiamana belajar.
           Perubahan zaman yang disebabkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi membawa pengaruh terhadap keberadaan mata pelajaran sejarah di sekolah. Selain dari pada itu pelajaran sejarah dipertanyakan kerelevanannya untuk dipelajari terkait dengan kemajuan teknologi yang menekankan pada hasil produksi, ekonomi, kebendaan. Namun hal yang penting dalam hal mempelajari sejarah adalah mendorong perilaku berpikir yang merupakan hal penting untuk sikap warganegara yang bertanggung jawab, sebagaimana pimpinan bangsa atau tokoh masyarakat.
Pemakaian berbagai konsep dan generalisasi dalam ilmu-ilmu sosial dalam mengkaji permasalahan sosial di masyarakat, juga sesuai dengan bagaimana pelajaran sejarah mengkaji peristiwa sejarah. Penggunaan berbagai disiplin ilmu, interdisipliner, mambawa kajian sejarah lebih komperhensif dan utuh. Berbeda dengan sebelumnya “sejarah lama” pendekatan yang digunakan dalam mengkaji sesuatu peristiwa sejarah yaitu mono dimensional atau non interdisiplioner, maka dalam perkembangan sekarang, digunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial, yang multidimensional atau interdisipliner.
           Terkait dengan proses pembelajarannya, maka dua hal yang sama pentingnya adalah apa yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan. Tetapi hampir semua guru tahu bagaimana sejarah diajarkan tetapi sedikit yang tahu bagaimana sebaiknya sejarah diajarkan. Selain itu untuk memberikan kesempatan siswa berpikir kesejarahan, maka sejarah tidak hanya diberikan dengan situasi dari peristiwa sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sejarah memerlukan keterampilan berpikir, analisis, interprestasi dalam merekonstrusi peristiwa sejarah tidaklah terlepas dengan alat analitis, konsep-konsep, teori-teori yang dipinjam dari disiplin ilmu sosial lainnya.

2 Landasan Filosofis dalam Pembelajaran Berpikir Kesejarahan

            Didalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang berkesinambungan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan guru atau siswa dengan lingkungan. Proses interaksii yang terjadi menempatkan siswa terlibat aktif, mengembangakan pengetahuan, potensi, keterampilan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Didalam prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar. Didudukan siswa sebagai subjek. Siswa dilibatakan secara aktiv dalam proses pembelajaran, dan bukan terpusat pada guru. Selain lebih rinci prinsip pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1)      Berpusat pada siswa.
2)      Belajar dengan melakukan.
3)      Mengembangkan kemampuan sosial.
4)      Mengembangkan keinginan, imajinasi dan fitrah bertuhan.
5)      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
6)      Mengembangakan kreativitas siswa.
7)      Mengembangkan kemampuan mennggunakan ilmu dan teknologi.
8)      Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik.
9)      Belajar sepanjang hayat.
10)  Perpaduan kompetisi, kerjasama dan solidaritas.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang ada dilapangan saat ini karena sebagian besar kegiatan pembelajaran sejarah memposisikan pelajar atau siswa sebagai objek. Mereka hanya mendapat fakta sejarah dan hasil interprestasi guru terhadap fakta-fakta trsebut yang disampaikan oleh pengajar atau guru. Siswa atau pelajar tidak mendapat kesempatan untuk membangun dan memberikan interprestasinya terhadap peristiwa masa lampau. Oleh karena itu dalam pembelajaran sejarah, yang menginginkan adanya pengembangan keterampilan berpikir kesejarahan juga pemahaman kesejarahan, maka diperlukan suasana belajar yang memberi kesempatan kepada pelajar atau siswa dalam melatih kemampuan kognitif, sfektif dan psikomotornya.

3 Pembelajaran Berfikir dan Berfikir Kesejarahan

a)      Pengertian berfikir
           Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
           Menurut Raths (1986:3) berpikr adalah salahsatu cara menemukan fakta-fakta untuk suatu tujuan. Kemudian dengan belajar yang memiliki tujuan, seseorang menjadi matang karena aktivitasnya diatur oleh tujuan tersebut. Singkatnya berfikir adalah sebuah cara belajar.
b)      Historical Thinking
Sejarah, jika dikembangkan dengan secara lengkap pada anak usia awal sekolah dapat membuka kesempatanyang sangat luas baginya untuk menganalisis dan  membangun  apresiasi  terhadap  seluruh  bidang kehidupan  manusia  secara seutuhnya dan terutama dalam hal interaksi di antara sesama manusia.
Untuk itu siswa dituntut untuk aktif  bertanya dan belajar, serta bukan sekadar  mendengarkan  dan  menyerap  secara  pasif  segala  pengetahuan  seperti fakta-fakta, nama-nama, dan tanggal-tanggal. Secara nyata, historical understanding menuntut siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah sejarah, mendengar dan membaca cerita-cerita sejarah, bernarasi, dan berliteratur secara bermakna, berfikir dalam hubungan kausal, mewawancarai para pelaku sejarah dalam komunitasnya, menganalisis dokumen, foto, surat kabar yang bersejarah, catatan-catatan sejarah di museum dan situs kesejarahan, dan membangun garis waktu serta narasi masing-masing sejarahnya. Secara esensial, aktifitas-aktifitas tersebut di atas dikenal sebagai active learning.
c)      Keterampilan berfikir
Keterampilan berpikr memilik tempat yang sangat utama untuk menjalani kehidupan sebagai individu, anggota masyarakat dan warganegara. Keterampilan berfikir menurut Gagne (1975:178) merupakan proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru.
Ada empat keterampilan berfikir, yaitu pemecahan masalah (problem solving), membuat keputusan (decision making), berpikir kritis dan berfiki kreatif. Semuanya itu bermla dari keterampilan berfikir tingkat tingi, yang meliputi aktifitas seperti analisa, sintesa dan evaluation. Beberapa bentuk tahapan keterampilan berfikir yang berkaitan dengan penggunaan informasi, yaitu classify, interpret, analyze, summarize, synthesize, evaluaie information. Semua kemempuan itu sangat perlu diberikan pada siswa agar memiliki kesempatan mengembangkan keterampilan berfikirnya. Apalagi dalam pembelajaran sejarah, siswa dihadpakan dengan berbagai informasi.
Dalam kegiatan berfikir dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan tersebut terjadi kegiatan mental yang terus berkembang atas suatu pengetahuan. Sehubungan dengan perkembangan keterampilan berfikir, menurut Bybee dan Sund, 1982 bahwa ada faktor yang mempengaruhi perkembangan mental 9intelektual0 seseorang, yaitu maturation(proses pemasukan atau kematangan seseorang), physical experience (tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya), social experience (segala aktivitas dalam hubungannya dengan orang lain) dan equilibrium (proses keseimbangan yang selalu ada dalam setiap orang, yaitu proses penyesuaian antara pengetahuan yang suadah ada dengan pengetahuan baru yang ditemukannya).
Seorang guru dalam proses pembelajaran tidak hanya mampu menguasai materi atau ilmu yang akan diajarkan, tetapi juga mampu dan terampil dalam mengkondisikan pembelajaran bagi siswanya. Suatu hal yang perlu diketahui oleh guru sejak awal sebelum melaksanakan pembelajaran adalah mengenal siapa dan bagaimana tingkat keterampilan berfikir peserta didik yang akan belajar dalam kelasnya. Dalam teorinya Piaget dengan nama Jean Piaget, teori ini menyatakan bahwa roses belajar-mengajar terjadi apabila terjadi proses pengelolahan data yang aktif dipihak yang belajar.
d)     Keterampilan berpikir kesejarahan
Keterampilan berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang harus dikembangkan agar siswa dapat membedakan waktu lampau, masa kini, dan masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan dan menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalu; menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah berdasarkan pemahaman yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikirnya.
Sejarah dapat membuka kesempatan bagi siswa untuk melakukan analisis dan  mengembangkan  analisis  terhadap  aktivitas  manusia  dan  hubungannya dengan sesama. Agar dapat tercipta atmosfir yang demikian, maka siswa harus dikondisikan  untuk  aktif  bertanydan  belajar  (activlearning),  tidak  hanya secara pasif menyerap informasi berupa fakta, nama, dan angka tahun sebagai suatu kebenaran.
Terdapat 5 (lima) bentuk berpikir kesejarahan yang dapat mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir kesejarahan yakni:
1)      Chronological Thinking (berpikir kronologis), yaitu membangun tahap awadari  pengertian  atas  waktu  (masa  lalu,  sekarang  dan  masa datang), untuk dapat mengidentifikasi urutan waktu atas setiap kejadian, mengukur   waktu    kalender,    mengintertretasikan    dan menyusun  garis  waktu,  serta  menjelaskan  konsep  kesinambungan sejarah dan perubahannya.
a.       Pengertian Diakronik
           Secara etimologi, diakronik berasal dari bahasa yunani yang  berarti melintas atau  melewati khronus yang  berarti perjalanan waktu. Diakronik yaitu suatu peristiwa yang  berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya dan tidak begitu saja. Ilmu sejarah memiliki sifat memiliki sifat yang  diakronik,yaitu memanjang dalam waktu dan  dalam ruangan terbatas. Sejarah sebagai ilmu tentu saja mempunyai metode sendiri, yang  harus digunakan oleh seorang sejarawan dalam menulis suatu peristiwa sejarah. Dengan menggunakan metode tersebut seorang sejarawan akan mampu merekonstruksi suatu peristiwa sejarah dengan objektif. Keobjektifan dalam  menulis sejarah adalah sesuatu yang mutlak. Seperti yang  diungkapkan sejarawan Jerman yang  bernama Leopold  Von Ranke (1795-1886) bahwa seorang sejarawan harus menulis “apa yang  sesungguhnya terjadi”. Ilmu sejarah sendiri memiliki sifat yang diakronis yaitu memanjang dalam waktu dan  dalam ruang  yang terbatas. Ini sungguh berbeda dengan ilmu- ilmu sosial yang lebih bersifat sinkronis yaitu dalam ruang  yang  luas dan waktu yang  terbatas.
           Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah mengenal adanya suatu proses kontinuitas atau berkelanjutan. Sehingga sejarah itu sendiri merupakan suatu rekonstruksi peristiwa masa lalu yang bersifat kronologis. Seorang sejarawan harus mampu melakukan rekonstruksi dan analisis peristiwa sejarah berdasar fakta yang mereka gunakan secara sistematis dan kronologis. Dalam menjelaskan atau merekonstruksi dan menjelaskan suatu peristiwa sejarah, seorang sejarawan dapat menggunakan dua model penulisan.
b.                Cara berfikir diakronik dalam mempelajari sejarah
           Sejarah itu diakronis maksudnya memanjang dalam waktu, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang. Sejarah mementingkan proses, sejarah akan membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
           Sejarah berupaya melihat segala sesuatu dari sudut rentang waktu. Pendekatan diakronis adalah salah satu yang menganalisis evolusi/perubahan sesuatu dari waktu ke waktu, yang memungkinkan seseorang untuk menilai bagaimana bahwa sesuatu perubahanitu terjadi sepanjang masa. Sejarawan akan menggunakan pendekatan ini untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu, sehingga memungkinkan sejarawan untuk mendalilkan mengapa keadaan tertentu lahir dari keadaan sebelumnya atau mengapa keadaan tertentu berkembang atau berkelanjutan. Contoh: Perkembangan Sarekat Islam di Solo, 1911-1920.
a)      Pengertian Sinkronik
           Sinkronik yaitu berasal dari bahasa yunani SYN, yaitu yang  artinya sebagai ilmu yang  meneliti gejala-gejala yang meluas dalam meluas dalam ruang  tetapi dalam waktu yang  terbatas.
b)      Cara berfikir sinkronik dalam mempelajari sejarah
           Sedangkan ilmu sosial itu sinkronik (menekankan struktur) artinya  ilmu sosial meluas dalam ruang. Pendekatan sinkronis menganalisa sesuatu tertentu pada saat tertentu, titik tetap pada waktunya. Ini tidak berusaha untuk membuat kesimpulan tentang perkembangan peristiwa yang berkontribusi pada kondisi saat ini, tetapi hanya menganalisis suatu kondisi seperti itu.
Contoh: satu mungkin menggunakan pendekatan sinkronis untuk menggambarkan keadaan ekonomi  di Indonesia pada suatu waktu tertentu, menganalisis struktur dan fungsi ekonomi hanya pada keadaan tertentu dan pada di saat itu.Penelitian arsip memungkinkan orang untuk meneliti waktu yang panjang.
           Istilah memanjang dalam waktu itu meliputi juga gejala sejarah yang ada didalam waktu yang panjang itu. Ada juga yang menyebutkan ilmu sinkronis, yaitu ilmu yang meneliti gejala - gejala yang meluas dalam ruang tetapi dalam waktu yang terbatas Sedangkan contoh penulisan sejarah dengan topik - topik dari ilmu sosial yang disusun dengan cara sinkronis lainnya misalnya adalah: Qodiriyah di pesantren - pesantren Jawa´, Kota - kota metropolitan : Jakarta , Surabaya dan Medan´; (metode survey dan interview hanya memungkinkan topik yang kontemporer dengan jangka waktu yang pendek, tetapi bisa jadi ruangnya yang    sangat luas. Kedua ilmu ini saling berhubungan ( ilmu sejarah dan ilmu-ilmu sosial ). Kita ingin mencatat bahwa ada persilangan antara sejarah yang diakronis dan ilmu sosial lain yang sinkronis Artinya ada kalanya sejarah menggunakan ilmu sosial, dan sebaliknya, ilmu sosial menggunakan sejarah Ilmu diakronis bercampur dengan sinkronis. ContohPeranan militer dalam politik,1945-1999 ( yang ditulis seorang ahli ilmu politik ) dan Elit Agama dan Politik 1945- 2003 (yang ditulis ahli sosiologi ) Mendeskripsikan konsep ruang dan waktu Konsep Ruang.
Ruang adalah konsep yang paling melekat dengan waktu.
1)                  Ruang merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa - peristiwa sejarah dalam perjalanan waktu.
2)                  Penelaahan suatu peristiwa berdasarkan dimensi waktunya tidak dapat terlepaskan dari ruang waktu terjadinya peristiwa tersebut.
3)                  Jika waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Konsep waktu
1)                  Masa lampau itu sendiri merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Tetapi, masa lampau bukan merupakan suatu masa yang final, terhenti, dan tertutup.
2)                  Masa lampau itu bersifat terbuka dan berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lampau manusia bukan demi masa lampau itu sendiri dan dilupakan begitu saja, sebab sejarah itu berkesinambungan apa yang terjadi dimasa lampau dapat dijadikan gambaran bagi kita untuk bertindak dimasa sekarang dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
3)                  Sejarah dapat digunakan sebagai modal bertindak di masa kini dan menjadi acuan untuk perencanaan masa yang akan datang Keterkaitan konsep ruang dan waktu dalam sejarah.
Konsep ruang dan waktu merupakan unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu peristiwa dan perubahannya dalam kehidupan manusia sebagai subyek atau pelaku sejarah, Segala aktivitas manusia pasti berlangsung bersamaan dengan tempat dan waktu kejadian dan Manusia selama hidupnya tidak bisa dilepaskan dari unsur tempat dan waktu karena perjalanan manusia sama dengan perjalanan waktu itu sendiri pada suatu tempat dimana manusia hidup ( beraktivitas ).
a.       Historical Comprehension, mencakup kemampuan untuk mendengar dan membaca cerita dan narasi sejarah dengan penuh pengertian, untuk mengidentifikasi elemen dasar dari suatu narasi atau struktur kisah, dan untuk mengembangkan kemampuan menggambarkan masa lalu berdasarkan pengalaman pelaku sejarah, literatur sejarah, seni, artefak, dan catatan-catatan sejarah dari masanya.
b.      Historical Analysis and Interpretation, mencakup kemampuan untuk membandingkan dan membedakan pengalaman-pengalaman, kepercayaan, motivasi, tradisi, harapan-harapan, dan ketakutan- ketakuta dari   masyaraka yang   berbeda-bed secara   kelompok maupun berdasarkan latarbelakangnya, pada kurun waktu yang bervariasi.
c.       Historical Research Capabilities, mencakup kemampuanuntuk memformulasikan pertanyaan-pertanyaan sejarah berdasarkan dokumen-dokumen bersejarah, foto-foto, artefak, kunjungan ke situs bersejarah, dan dari kesaksian pelaku sejarah.
d.      Historical    issues-analysis   and  Decision    Making,    mencakup kemampuan mengidentifikasi permasalahan yang dikonfrontasikan masyarakat terhadap suatu literatur sejarah, komunitas lokal, negara bagian; untuk menganalisis kepentingan dan motivasi yang bervariasi dari suatu masyarakat yang terperangkap dalam situasi tersebut; untuk mengevaluasi alternatif pemecahan masalah guna membangun keputusan dalam rangka menindaklanjutinya.
Kelima bentuk keterampilan berpikir kesejarahan tersebut menjadikan pembelajaran sejarah lebih bermakna daripada sekedar sebuah hafalan rangkaian fakta. Kunci untuk dapat merealisasikan pembelajaran sejarah seperti dimaksud di atas  terletak  pada  pendidik  selaku  life-curriculum”  .  Perubahan  paradigma
pembelajaran yang berbasis materi ke pembelajaran yang berbasis kompetensi merupakan suatu keniscayaan. Penguasaan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran dari para pendidiknya sangat diperlukan untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran yang bermakna (meaningful learning).    Melalui pembelajaran yang bermakna tersebut maka diharapkan para peserta didik dapat berkembang menjadi individu yang dapat berperan penting sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga dunia.



Sumber:

Ma’mur, Tarunasena. Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Sejarah Melalui Historical Thinking. http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196808281998021-TARUNASENA/artikel/Makalah_Historical_Thinking_(untuk_70_thn_Prof_Helius).pdf.
Pratama, Raistawar.2012. Menelusuri Arsip Perdagangan di Hindia Timur. http://sejarah.kompasiana.com/2012/12/28/menelusuri-arsip-perdagangan-di-hindia-timur-519442.html. [13 Oktober 2014]
http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_ips_029806_murni_chapter2a.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About