1 Definisi Berfikir Ilmiah
Berpikir
adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.
Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak
seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah.
Menurut Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi
berpikir merupakan sebuah proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam
memahami, mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan
sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga sampai
pada sebuah kesimpulan yang benar.
Sedangkan
Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat kaidah
ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir
empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif,
karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan
secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.10 Berpikir rasional
adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio atau akal budi
manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat realitas empiris, bukti
nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada melalui panca indera
manusia.
Jadi memang tidak semua berpikir akan
mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak semua berpikir disebut
berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan dan kaidah tersendiri
yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga proses berpikir
mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi
khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
Sejalan dengan rencana pergantian
kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau scientific aproach pada
pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para
pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini
karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan
yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari
bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar
terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan
peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini
di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan
baik ini belum terwujudkan juga.
Balitbang
Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini
dalam Proyek Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur,
Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan
dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai
pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar
aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap
kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum
Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang
lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun
2006.
Dalam perancangan kurikulum baru,
Kemendikbud masih menggunakan latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa
secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar siswa aktif. Kondisi
ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan daripada fakta
dalam kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang terampil
berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini
merujuk pada hasil tes anak bangsa kita yang dikompetisikan pada tingkat
internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini
kondisi yang sangat memprihatinkan.
2.2.1 Definisi berfikir Ilmiah menurut para ahli
- Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
- Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
- (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)
1.
Proses atau aktivitas manusia untuk menemukan/
mendapatkan ilmu.
2.
Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang
berupa pengetahuan.
3.
Sarana berpikir ilmiah.
4.
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan
ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
5.
Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan
dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
6.
Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya
dengan baik.
7.
Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah
dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
membantu proses metode ilmiah.
- Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
- Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
- Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
- Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
- Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
- Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
- Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)
Metode berpikir ilmiah tidak lepas
dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil
uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji
eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya
karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains (Goldstein, 1980). Pada
hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara
deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan
rasionalisme atau empirisme.
A.
Metode
Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara
penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus
(individu) menuju kepada hal yang besifat umum (universal). Jadi cara induksi dimulai dari penelitian
tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan
abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu. Metode induksi ini memang
paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan
alam, yang dijalankan dengan cara
observasidan eksperimentasi.Jadi
metode ini berdasarkan kepada fakta-fakta yagn dapat diuji kebenarannya.
B. Metode Deduksi
Metode deduksi adalah dkebalikan
dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke
umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang
bersifat umum (universal ) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang
bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika
klasik Aristoteles, yaitu dalam membentuk Syllogismeyang menarik
kesimpulan berdasarkan atas dua premis mayor dan
minor sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
a. Semua manusia bisa mati
b. Socrates adalah manusia
c. Jadi, Socrates bisa mati
4 Langkah-Langkah Dalam Berfikir Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa
inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir
untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Langkah-Langkah Metode Ilmiah :
1. Merumuskan masalah.
2. Merumuskan hipotesis.
3. Mengumpulkan data.
4. Menguji hipotesis.
5. Merumuskan kesimpulan.
Penjelasan :
1.
Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode
ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini
kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat
tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian
menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin
memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya
sendiri belum dirumuskan?
2.
Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara
dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data
yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,
perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat
melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting.
Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti
untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan
berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3.
Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan
yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah.
Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang
menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang
telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode
ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau
ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.
4.
Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa
hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu permasalahan yang telah
diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses
pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis,
peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau
menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan,
peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi
taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat
kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf
signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian
hipotesis itu sendiri.
5.
Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir
ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan.
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan
sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif
secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang
tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting.
Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang
dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan
masalah yang diajukannya.
5 Kelemahan-kelemahan Metode Berpikir Ilmiah
Pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh
kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk
ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek)
dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang
asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan
faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari
proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta
material yang dapat diindera.
Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh
informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya.
Kemudian memulai pengematan dan percobaan atas materi..Setelah
melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan
komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan
berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
Ketiga, kesimpulan yang didapat
ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan).
Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam
literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masaslah yang
dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia
fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang
berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara
ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga
menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
Dinyatakan
pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan
kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan
oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi,
imajinasi disamping pengalaman”. Demikian juga halnya dengan bidang bidang
sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode
ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya”.Sumber:
.2012. Definisi Berpikir
Ilmiah. galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikir-ilmiah. [28 Oktober 2014 ].
Hiriza. 2013.
Berpikir Ilmiah. http://www.slideshare.net/hiriza/berpikir-ilmiah-29376372. [28 Oktober 2014].
Sulaihah, Siti. 2013. Manfaat Berpikir Ilmiah. http://sittisulaihah.blogspot.com/2013/09/manfaat-berpikir-ilmiah.html. [28 Oktober 2014].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar