Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 18 Desember 2014

BERPIKIR ILMIAH DALAM SEJARAH

1 Definisi Berfikir Ilmiah

Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Sedangkan menurut Poespoprodjo berpikir adalah suatu aktifitas yang banyak seluk-beluknya, berlibat-libat, mencakup berbagai unsur dan langkah-langkah. Menurut Anita Taylor et. Al. berpikir adalah proses penarikan kesimpulan. Jadi berpikir merupakan sebuah proses tertentu yang dilakukan akal budi dalam memahami, mempertimbangkan, menganalisa, meneliti, menerangkan dan memikirkan sesuatu dengan jalan tertentu atau langkah-langkah tertentu sehingga sampai pada sebuah kesimpulan yang benar.
Sedangkan Ilmiah yakni “bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat kaidah ilmu pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah berpikir rasional dan berpikir empiris. Bersifat ilmiah apabila ia mengandung kebenaran secara objektif, karena didukung oleh informasi yang telah teruji kebenarannya dan disajikan secara mendalam, berkat penalaran dan analisa yang tajam.10 Berpikir rasional adalah berpikir menggunakan dan mengandalkan otak atau rasio atau akal budi manusia sedangkan berpikir empiris berpikir dengan melihat realitas empiris, bukti nyata atau fakta nyata yang terjadi di lingkungan yang ada melalui panca indera manusia.
Jadi  memang tidak semua berpikir akan mengahasilkan pengetahuan dan ilmu dan juga tidak semua berpikir disebut berpikir ilmiah. Karena berpikir ilmiah memiliki aturan dan kaidah tersendiri yang harus diikuti oleh para pemikir dan ilmuwan sehingga proses berpikir mereka bisa dikatakan sebagai produk ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi khalayak ramai dan manusia pada umumnya.
Sejalan dengan rencana pergantian kurikulum 2013, istilah pendekatan ilmiah atau scientific aproach pada pelaksanaan pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para pendidik akhir-akhir ini. Yang menjadi latar belakang pentingnya materi ini karena produk pendidikan dasar dan menengah belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-anak bangsa lain.
Disadari bahwa guru-guru perlu memperkuat kemampuannya dalam memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Skenario untuk memacu keterampilan guru menerapkan strategi ini di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang, namun hingga saat ini harapan baik ini belum terwujudkan juga.
Balitbang Depdiknas sejak tahun 1979 telah merintis pengembangan program prestisius ini dalam  Proyek Supervisi dan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) di Cianjur, Jawa Barat. Hasil-hasil proyek ini kemudian direplikasi di sejumlah daerah dan dikembangkan melalui penataran guru ke seluruh Indonesia. Upaya yang dimulai pada tingkat sekolah dasar ini kemudian mendorong penerapan pendekatan belajar aktif di tingkat sekolah menengah. Hasil-hasil upaya ini secara bertahap kemudian diintegrasikan ke dalam Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, dan Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004, yang dilanjutkan dengan Standar Isi yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
Dalam perancangan kurikulum baru, Kemendikbud masih menggunakan latar belakang pemikiran yang menyatakan bahwa secara faktual guru-guru belum melaksanakan cara belajar siswa aktif. Kondisi ideal yang diharapkan masih lebih sering menjadi slogan daripada  fakta dalam kelas. Produktivitas pembelalaran untuk menghasilkan siswa yang terampil berpikir pada level tinggi dalam kondisi madek alias kolep. Deskripsi ini merujuk pada hasil tes anak bangsa kita  yang dikompetisikan pada tingkat internasional dinyatakan tidak berkembang sejak tujuh tahun lalu. Memang, ini kondisi yang sangat memprihatinkan.

2.2.1 Definisi  berfikir Ilmiah menurut para ahli

  1. Berfikir ilmiah adalah berfikir yang logis dan empiris. Logis: masuk akal, empiris: Dibahas secara mendalam berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan. (Hillway,1956).
  2. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. uripsantoso.wordpress.com
  3. (Menurut Salam (1997:139)Pengertian berpikir ilmiah)
1.       Proses atau aktivitas manusia untuk  menemukan/ mendapatkan ilmu. 
2.       Proses berpikir untuk sampai pada suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
3.       Sarana berpikir ilmiah.
4.       Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh.
5.       Tanpa penguasaan sarana berpikir ilmiah kita tidak akan dapat melaksanakan kegiatan berpikir ilmiah yang baik.
6.       Merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya dengan baik.
7.      Mempunyai metode tersendiri yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya sebab fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah.
  1. Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi.(Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,)
  2. Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian. ( Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118)
  3. Berfikir ilmiah merupakan proses berfikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah,yang sudah ada (Eman Sulaeman)
  4. Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.(wikipedia bahasa indonesia, ensiklopedia bebas)
  5. Berpikir ilmiah adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, mengembangkan dsb. secara ilmu pengetahuan (berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengethuan. Atau menggunakan prinsip-prinsip logisterhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran
  6. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sasaran tertentu secara teratur dan cermat (Jujun S. Suria Sumantri, 1984)
  7. Berpikir ilmiah adalah metode berpikir yang di dasarkan pada logika deduktif dan induktif (Mumuh mulyana Mubarak, SE)
3 Metode Berfikir Ilmiah
Metode berpikir ilmiah tidak lepas dari fakta kejadian alam yang kebenarannya selalu ada hubungannya dengan hasil uji eksperimental. Jika suatu teori tidak bisa dibuktikan dengan uji eksperimental maka dikatakan bahwa teori itu tidak bisa diyakini kebenarannya karena tidak memenuhi kriteria sebagai sains (Goldstein, 1980). Pada hakikatnya, berpikir secara ilmiah merupakan gabungan antara penalaran secara deduktif dan induktif. Masing-masing penalaran ini berkaitan erat dengan rasionalisme atau empirisme.
A.    Metode Induksi
Metode Induksi adalah suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang  bersifat khusus (individu) menuju kepada hal yang besifat umum (universal).  Jadi cara induksi dimulai dari penelitian tehadap kenyataan khusus satu demi satu kemudian diadakan generalisasi dan abstraksi lalu diakhiri dengan kesimpulan umu. Metode induksi ini memang  paling banyak digunakan oleh ilmu pengetahaun, utamanya ilmu pengetahuan alam, yang dijalankan dengan cara  observasidan  eksperimentasi.Jadi metode ini berdasarkan kepada fakta-fakta yagn dapat diuji kebenarannya.
B.     Metode Deduksi
Metode deduksi adalah dkebalikan dari induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang  bersifat khusus ke umum, maka metode deduksi sebaliknya, yaitu : bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal ) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal yang bersifat khusus. Cara deduksi ini banyak dipakai dalam logika klasik Aristoteles, yaitu dalam membentuk Syllogismeyang menarik kesimpulan berdasarkan atas dua premis mayor dan minor  sebelumnya. Contohnya yang paling klasik :
a.       Semua manusia bisa mati
b.      Socrates adalah manusia
c.       Jadi, Socrates bisa mati

4 Langkah-Langkah Dalam Berfikir Ilmiah

Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses  berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol. Langkah-Langkah Metode Ilmiah :
1.   Merumuskan masalah.
2.   Merumuskan hipotesis.
3.   Mengumpulkan data.
4.   Menguji hipotesis.
5.   Merumuskan kesimpulan.
Penjelasan :
1.   Merumuskan Masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya.Permusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?
2.   Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian  berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah,  perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat memabntu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan  penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
3.   Mengumpulkan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan di lapangan. Seorang peneliti yang sedang   menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab  berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan  bergantung pada data yang dikumpulkan.
4.   Menguji Hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementaradari suatu  permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses  pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derjat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian.Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi  berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri.
5.   Merumuskan Kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan  perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak  peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.

5 Kelemahan-kelemahan Metode Berpikir Ilmiah

                  Pertama, metode ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada penuh kajian objek-objek material yang dapat diindra. Metode ini khusus untuk ilmu-ilmu eksperimental. Ia dilakukan dengan cara memperlakukan materi (objek) dalam kondisi-kondisi dan faktor-faktor baru yang bukan kondisi dari faktor yang asli. Melakukan pengamatan terhadap materi tersebut serta berbagai kondisi dan faktornya yang ada, baik yang alami maupun yang telah mengalami perlakuan. Dari proses terhadap materi ini, kemudian ditarik suatu kesimpulan berupa fakta material yang dapat diindera.
                  Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapuasan seluruh informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaannya. Kemudian  memulai  pengematan dan percobaan atas materi..Setelah melakuakan pengamatan dan percobaan, maka selanjutnya adalah melakukan komparasi dan pemeriksaan yang teliti, dan akhirnya merumuskan kesimpulan berdasarkan sejumlah premis ilmiah.
            Ketiga, kesimpulan yang didapat  ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti (dugaan). Kelemahan-kelemahan yang ada pada metode ilmiah ini juga diungkapkan dalam literatur lain. Misalnya, “Pertama-tama ilmu ilmu menyadari bahwa masaslah yang dihadapinya adalah masalah yang bersifat kongkrit yang terdapat dalam dunia fisik yang nyata. Secara entologi, ilmu membatasu dirinya pada pengkajian yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Hal inilah yang membedakan antara ilmu dan agama. Perbedaan antara lingkup permasalahan yang dihadapinya juga menyebabkan perbedaan metode dalam memecahkan masalah tersebut”.
           Dinyatakan pula, “proses pengujian ini tidak sama dengan pengujian ilmiah yang berdasarkan kepada tangkapan pancaindera, sebab pengujian kebenaran agama harus dilakukan oleh seluruh aspek kemanusiaan kita seperti penalaran, perasaan, intuisi, imajinasi disamping pengalaman”. Demikian juga halnya dengan bidang bidang sastra yang termasuk dalam humaniora yang jelas tidak mempergunakan metode ilmiah dalam penyusunan tubuh pengetahuannya”.


Sumber:

                   .2012. Definisi Berpikir Ilmiah. galeriilmiah.wordpress.com/2012/03/27/definisi-berpikir-ilmiah. [28 Oktober 2014 ].
Hiriza. 2013. Berpikir Ilmiah. http://www.slideshare.net/hiriza/berpikir-ilmiah-29376372. [28 Oktober 2014].

Sulaihah, Siti. 2013. Manfaat Berpikir Ilmiah. http://sittisulaihah.blogspot.com/2013/09/manfaat-berpikir-ilmiah.html. [28 Oktober 2014].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About