KEHIDUPAN
KOLONI-KOLONI DI AMERIKA
Disusun untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Sejarah Amerika
Dosen Pengampu Dr.
Suranto, M.Pd.
Tugas Individu
Oleh:
Harits Al Ayyubih
120210302013
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2014
KEHIDUPAN
KOLONI-KOLONI DI AMERIKA
Pada akhir abad ke-17
telah terdapat 250.000 kaum kolonis di wilayah koloni milik Inggeris di Amerika.
Pada tahun 1776 jumlah tersebut telah meningkat menjadi 2,5 juta penduduk.
Pertumbuhan penduduk yang sepat secara alami dan ditambah dengan gelombang
migrasi dan Eropa menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat
koloni Amerika. Selama periode ini kaum kolonis mengembangkan struktur sosial
yang lebih canggih yang didasarkan atas semangat kapitalisme perdagangan.
Pusat-pusat pemukiman yang berkembang menjadi pusat perdagangan dan perkotaan
seperti Boston, Philadenphia, New York, Charleston dan Boston menandai
bangkitnya koloni Amerika sebagai kekuatan ekonomi baru di dunia. Pada tahun
1776 masyarakat koloni Amerika telah berkembang menjadi masyarakat yang lebih
makmur dan majemuk. Namun demikian, menjelang meletusnya Revolusi Amerika tahun
1776 setiap koloni menampilkan cirinya yang berbeda-beda dan tidak lagi bisa
memperthankan struktur sosial tradisional. Karena tekanan penduduk maka setiap
koloni berusaha menyelesaikan masalah sosialnya dengan caranya sendiri.
KEHIDUPAN
KOLONI INGGRIS DI AMERIKA
1.
Migrasi Kaum Puritan ke Amerika
Migrasi sekelompok penganut agama dari
Inggris ke benua Amerika berkaitan dengan konflik dalam kehidupan agama di Inggris.
Perpecahan hubungan antara gereja di Inggris dengan Gereja Katholik Roma pada
masa Henry Vin (1509-1547) telah mengubah tatanan keagamaan di Inggris yang
disusul dengan perubahan-perubahan kebijaksanaan yang dilakukan oleh raja-raja
seterusnya. Raja Edward VI (1547-1558) mencoba menerapkan Protestanisme dalam
kehidupan agama. Sedangkan anak Henry yang bernama Mary (1553-1558) mencoba
mengembalikan kehidupan agama Katholik di bawah pengaruh Paus di Roma.
Sedangkan Elizabeth I (1558-1603) mencoba mencari jalan tengah antara ajaran
Katholik dengan Protestan. Sikap Elizabeth ini sama dengan Henry VIII yang
menempatkan Raja Inggris sebagai pemimpin Gereja Inggris tetapi masih mengakui
beberapa prinsip ajaran Katholik, kecuali kepemimpinan Paus di Roma. Selama
pemerintahan Mary, banyak penganut Protestan meninggalkan Inggris menuju
daratan Eropa untuk menghindari penyiksaan. Ketika Elizabeth naik tahta tahun
1553, mereka kembali ke Inggeris dan menuntut agar sikap kompromi Ratu
Elizabeth terhadap tradisi Katholik yang masih dianutnya dihapuskan. Kelompok
penganut Protestan "radikal" yang kemudian dikenal dengan Puritan
tersebut menginginakan adanya reformasi dan pembersihan gereja Inggris dari
pengaruh Katholik Puritan sebagai aliran agama mendapat dukungan yang luas dari
berbagai kalangan mulai dari orang-orang Inggris yang tidak puas dengan keadaan
sosial saat itu seperti pengangguran, perampasan tanah akibat esclosure, serta
para pedagang dan kaum aristokrat yang mengalami kesulitan ekonomi akibat inflasi.
Dalam menjalankan kehidupan agamanya, mereka menghendaki pentingnya memelihara
ketertiban dalam beragama dan kehidupan sosial. Para penganutnya percaya bahwa
Puritan bukan hanya mampu menjelaskan pengalaman-pengalaman religius
penganutnya melainkan juga bisa dijadikan alat untuk memecahkan masalah-masalah
sosial. Karena rasa tidak puas dengan kondisi di Inggris tersebut sebagian
penganut Puritan memilih berimigrasi ke benua baru Amerika, terutama New
England.
2.
Kultur Wilayah Koloni
Selama masa kolonial Inggris di Amerika
Utara samapai dengan menjelang terjadinya Revolusi Amerika pada 1776, Inggris
memiliki daerah Quebec dan Navo Scotia yang kemudian dijadikan propinsi,
terletak di Kanada. Selain itu Inggris juga memiliki daerah-daerah asli
sebanyak 13 koloni yang kemudian dijadikan 13 provinsi. Adapun ke-13 koloni itu
nantinya akan menjelma menjadi negara apa yang kita kenal dengan Amerika
Serikat.
Berdasarkan pendekatan geografis sejarah Amerika maka
pada masa kolonial sampai terjadinya perang saudara di Amerika Serikat (1861 –
1865) wilayah itu menjadi dua wilayah besar, yakni wilayah yang terletak di
bagian selatan dan utara. Pembagian
wilayah tersebut pada masa koloni memudahkan untuk mengetahui berbagi perbedaan
antara kultur masyarakat di kedua wilayah tersebut.
Penduduk koloni Selatan tidaklah sebesar di koloni Utara
(New England), tetapi lebih besar dibandingkan dengan koloni di bagian Tengah.
Pada abad ke-18 (tahun 1725), penduduk Virginia sebagian besar terdiri dari
sebagian orang Inggris dan Negro. Banyak penduduk yang berdatangan dari daerah
Pennsylvania menuju ke arah Selatan setelah tahun 1725. Timbulnya perbudakan di
Selatan pada masa koloni mempengaruhi
kultur pada kolonis terhadap status orang-orang Negro yang sebagian besar
menjadi budak. Jumlah penduduk yang berasal dari orang-orang kulit hiatam itu
di koloni Selatan seperti North Carolina, Georgia dan juga Maryland, kesemuanya
hampir merata.
Pemukiman koloni di Carolina berkaitan dengan pemukiman
para kolonis Inggris setelah mereka berhasil mendirikan kota Jameston di
Virginia. Dalam perkembangan koloni Carolina, setelah dihuni lebih dari
setengah abad, maka kemudian pada 1729 wilayah itu dibagi menjadi dua bagian,
yakni North Carolina dan South Carolina. Para pemukim di North Carolina
sebagian besar terdiri dari para petani miskin dengan beberapa budaknya. Mereka
hidup dalam rumah-rumah yang sederhana terbuat dari bahan kayu dam mereka
menanam tembakau untuk dikirim ke negeri induk.
Dalam 1763, ibu kota South Carolina, Charleston, dihuni
penduduk sebanyak 10.000 warga. Di Maryland dan Virginia hasil panen utama
adalah tembakau, setiap tahun berhasil memanen sebanyak 100 juta pound di
ekspor dari daerah Chesapeake. Di South Carolina, hasil utamanya berupa padi
dan nila. Ekonomi di North Carolina menghasilkan berbagai diversifikasi hasil
pertanian, banyak dijumpai tanah-tanah pertanian kecil yang merupakan
karakteristik dibanyak koloni. Di koloni Selatan seperti Maryland dan Virginia
terdapat hasil tambang besi.
Kultur
Koloni Selatan
Selama
abad ke-17 Amerika merupakan representasi dari kultur sebaik seperti politik
dalam pemerintahan negara Induk Inggris. Berbagai kebutuhan hidup sehari-hari
para kolonis dibantu oleh negara induk. Pertumbuhan kehidupan intelektual
terkendala oleh berbagai faktor. Kontak di antara koloni satu dengan koloni
lain belum intensif, masih banyak tertuju pada kepentingan negara induk.
Kehidupan koloni wilayah Selatan terbesar adalah mengantungkan pada bidang
pertanian dan perkebunan lebih berfokus pada status propinsi milik Inggris.
Masyarakat
pemilik perkebunanan di Selatan terdiri dari ratusan keluarga yang berasal dari
kaum aristokrat. Mereka terpusat di pemukiman pantai Teluk Chesapeake dan di
dataran rendah South Carolina. Mereka merupakan kaum elit dalam masyarakat
perkebunan, kelas sosial mereka didasarkan pada kekayaan, utamanya kepemilikan
tanah-tanah perkebunan dan para budak. Mereka merasa sebagi ras yang super
diperoleh secara turun temurun. Superioritas ras mulai muncul sebagai
konsekuensi dari daerah perkebunan dengan menggunakan tenaga-tenaga budak.
Muncul apa yang dinamakan teori ras yang isinya bahwa kedudukan orang kulit
putih dalam masyarakat lebih tinggi dan unggul dibanding dengan orang-orang non
putih. Pada masa kolonisasi Budak-budak Afrika yang "ditemukan"
melalui "discovery" pada abd ke-15 dan 16 dianggap dan diperlakukan sebagai
ras yang rendah, tidak beragama (Kristen) dan tidak beradab. Namun demikian,
masuknya para budak ke dalam agama Kristen tidak sendirinya mereka dibebaskan
dari statusnya sebagai ras yang dianggap rendah.
Ekologi
kolonial wilayah Selatan yang berbasis pada hasil pertanian dan perkebunan
jelas mempengaruhi kultur mereka. Hasil pertanian dan perkebunan itu sangat
menguntungkan bagi pemerintah kolonial Inggris. Cuaca wilayah Selatan mendukung
terjadinya basis kehidupan dari hasil pertanian perkebunan.
Virginia
sebagai koloni pertama Inggris di Selatan, pada 1619 telah menghasilkan
tembakau mencapai 20.000 pound dan pada 1688 mencapai 18 juta pound. Masyarakat
di Selatan selain terdiri dari para pemilik perkebunan, petani, budak-budak,
juga didapati sebagian masyarakat terdidik, para negarawan, dan pendeta. Mereka
tetap mempertahankan keberadaan lambaga perbudakan. Struktur sosial di Selatan
yang berbasis ekonomi perkebuanan menempatkan kelompok aristokrat sebagai the ruling classDibawah sistem
aristokrasi di Selatan itu subtansinya adalah dari kelas mengah, terdiri dari
pemilik perkebunan biasa, petani kecil, para saudagar dan pedagang kelompok
profesional.
Daerah Koloni-Koloni
Inggris :
1).
Jamestown (Virginia)
Koloni
Inggris pertama yangbercokol di Amerika Utara adalahJamestown. Koloni ini yang
kemudian berkembang menjadi Viriginia. Virginia adalah nama yang diberikan
untuk menghormati ratu Inggris pada waktu itu – Elizabeth (the virgin queen).
Nama Virginia diberikan Elizabeth untuk memberi nama sebuah daratan yang tak
tentu namanya di Amerika Utara yang berbatasan dengan Laut Atlantik.Berdasarkan
piagamyang diberikan Raja James I kepadaPersekutuan Virginia (atau
London),kelompok yang terdiri atas sekitar100 orang berangkat ke Teluk
Chesapeakepada 1607. Demi menghindarikonflik dengan Spanyol, merekamemilih
tempat sekitar 60 kilometerdari teluk ke hulu Sungai James. Terdiri atas orang
kota danpetualang yang lebih tertarik mencariemas daripada beternak,
kelompokitu tidak dilengkapi dengankesadaran atau kemampuanuntuk memulai
kehidupan yangbenar-benar baru di alam liar. Diantara mereka, Kapten John
Smithmuncul sebagai figur dominan.Meskipun menghadapi pertengkaran,kelaparan,
dan serangan dariPribumi Amerika, kemampuannyadalam menerapkan disiplin
mempertahankankelangsungan kolonikecil itu selama tahun pertamanya.Pada 1609
Smith kembali keInggris, dan akibat ketidakhadirannya,koloni tersebut dikuasai
anarki.Selama musim dingin 1609-1610, mayoritas koloni terserangpenyakit. Hanya
60 dari 300 pendatangyang masih hidup pada Mei1610. Pada tahun yang sama,
kotaHenrico (sekarang Richmond) dibangunlebih ke hulu Sungai James. Meski
demikian, tidak lama setelahnyaterjadi perkembanganyang merevolusi ekonomi
Virginia.Pada 1612 John Rolfe mulai mengawinsilangkanbiji tembakauyang diimpor
dari Hindia Timurdengan tanaman lokal dan menghasilkanvarietas baru yang
disukaioleh orang Eropa. Pengapalanpertama tembakau ini tiba di Londonpada
1614. Dalam kurun waktusatu dekade, tanaman ini menjadisumber pendapatan utama
Virginia.Namun kemakmuran tidak datangdengan cepat, dan tingkatkematian akibat
penyakit dan seranganIndian masih luar biasatinggi. Antara 1607 dan 1624,
kirakira14.000 orang bermigrasi ke kolonitersebut, tetapi hanya 1.132 orangyang
tinggal di sana pada 1624. Sesuairekomendasi komisi kerajaan, padatahun itu
raja Inggris membubarkanPersekutuan Virginia dan menjadikannyasebagai koloni
kerajaan.
Pada
akhir abad ke-17 para petani Virginia memusatkan pertaniannya pada tanaman
tembakau sehingga dari kegiatan pertanian tersebut Virginia mampu menjadi pusat
penghasil tembakau berkualitas tinggi dan menjadi pengekspor komoditi tersebut
ke Inggeris. Para petani Virginia lebih memilih menanam tembakau di sepanjang
sungai yang lahannya subur dan memudahkan melakukan pengangkutan dengan
kapal-kapal milik Inggeris. Namun demikian, ketika Virginia mengalami kelebihan
produksi koloni ini mengalami kerugian karena harga di pasaran jatuh. Ketika
meletusnya revolusi Amerika, banyak petani Virginia yang terbelit hutang
terhadap para pedagang Inggeris.
Dalam
mengembangkan perkebunan tembakau para petani Virginia dihadapkan pada sulitnya
memperoleh tenaga kerja. Pada awal kolonisasi para pengusaha perkebunan
Virginia menggantungkan pad tenaga kerja dari Inggeris yang disebut sebagai
pelayan atau servant. Pada pertengahan abad ke-18 perbudakan merupakan bagian
dari sistem sosial di Virginia. Jumlah budak mencapai sepertiga dari seluruh
penduduk Virginia. Elit politik di Virginia yang berasal dari kalangan aristokrat
menguasai tanah yang luas dan mempekerjakan budak-budak.
2). Maryland
Salah
satu pemegang saham Virginia Company, George Calvert, Lord Baltimore, mempunyai
ide untuk menguasai koloni tersebut sendiri. Ia sendiri masuk ke agama Katolik
Roma, Calvert mempunyai pemikiran besar
untuk membangun perumahan dan mendirikan tempat perlindungan bagi orang – orang
penganut Katolik Roma, korban diskriminasi politik di Inggris.
Pada
1632 keluarga KatolikCalvert mendapat piagam untuktanah di utara Sungai Potomacdari
Raja Charles I di tempat yangsekarang bernama Maryland.Karena piagam tersebut
tidak menyatakanpelarangan pendirian gerejanon-Protestan, koloni itu
menjaditempat berlindung bagi orangKatolik. Kota pertama Maryland,St. Mary’s,
didirikan pada 1634 didekat muara Sungai Potomac yangmengalir ke Teluk
Chesapeake.Sembari membangun tempat berlindungbagi orang Katolik,
akibatmeningkatnya penganiayaan olehgereja Anglikan di Inggris, kaumCalvert
juga tertarik untuk menciptakanpemukiman yang menguntungkan.Dalam rangka
mencapaitujuan itu dan menghindarimasalah dengan pemerintah Inggris,mereka juga
mendorong imigrasi kaumProtestan.
Piagam
kerajaan Maryland memilikicampuran elemen feodal danmodern. Di satu sisi
keluarga Calvertmemiliki kekuasaan untuk menciptakanwilayah bangsawan. Di
sisilain, mereka hanya dapat membuathukum dengan persetujuan orangbebas
(pemilik properti). Merekamendapati bahwa untuk menarikpenduduk—dan mendapat
untungdari lahan mereka—mereka harusmenawarkan lahan pertanian kepadaorang-orang,
bukan hanya lahansewa di wilayah bangsawan. Sebagaiakibatnya, muncul sejumlah
pertanianmandiri. Pemiliknya menuntuthak suara dalam perkara-perkarakoloni.
Legislatur pertama Marylandmengadakan sidang pada 1635.
3). Georgia
Georgia
adalah koloni terakhir yang
kemunculannya sangat unik. Koloni ini dibangun bukan atas badan hukum,bukan
atas kepemilikan, bukan dituntutn untuk tujuan mencari keuntungan, dan juga
bukan dimaksudkan sebagai tempat pembuangan orang-orang picik. Tujuan utamanya
adalah sebagai tempat untuk memenjarakan orang-orang Inggris yang berhutang,
dan untuk membangun benteng pertahanan guna melawan orang-orang Spanyol yang
berada di selatan daerah perbatasan Inggris Amerika.
Piagam
dari George III (1732) memindahkan tanah di antara Savannah dan Sungai Altamaha
kepada pemerintahan Jenderal James Oglethrope dan wakilnya untuk periode 21
tahun.. Kebijakan di koloni ini adalah untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan
militer. Dan koloni ini dijaga agar kondisinya
tetap. Maka, orang-orang Negro dan budak dilarang masuk ke koloni ini, dan juga
orang-orng Katolik Roma, guna mencegah
bahaya yang ditimbulkan oleh situasi pada masa-masa perang, dan
persekongkolan dengan musuh. Perdagangan
dengan orang Indian pun diatur secara ketat, rum dilarang, untuk mengurangi
masalah dengan Indian.
Koloni
yang berdekatan dengan Florida ini, atau malah mungkin masuk tapal batas
Florida yang diduduki Spanyol, dipandang sebagai tameng terhadap penyerbuan
Spanyol. Namun Georgia juga kualitas unik yang lain: Jendral James Oglethrope
yang memipin benteng Georgia adalah seorang tokoh pembaharu yang sengaja
membuat tempat penampungan di mana kum miskin dan para mantan narapidana diberi
kesempatan baru.
Sebelum
dua puluh satu tahun dari masa perwalian berakhir, aturan melawan perkebunan
besar, budak, dan rum dihapuskan, dan setelah 1750 Georgia telah berdiri di
sepanjang garis yang sejajar dengan Carolina Selatan.
4). Carolina
Enam
dari tiga belas koloni terakhir berasal sebelum perang saudara di Inggris pada
tahun 1640an, yang menghentikan kegiatan kolonisasi di luar negeri. Kemudian
pada tahun 1660 Charles II kembali dari pengasingannya untuk memerintah sebagai
Raja Merry dan mendapat hadiah sebagai orang istana yang agung di Dunia Baru.
Ia tidak hanya diakui dengan piagam kerajaan, tetapi juga diberikan kepadanya
koloni tambahan: Carolina Utara, Carolina Selatan, New York, New Jersey,
Pennsylvania, dan Delaware.
Carolina
(menurut bahasa Latin Carolinus, berarti Charles), sebagian diperoleh seperti
Maryland yang diperoleh dari daerah Virginia, dihadiahkan oleh Charles II
untuk suatu kelompok dari delapan kelompok favoritnya, para politikus
terkemuka, diantara dari mereka yang paling aktif dalam urusan-urusan Carolina
adalah Anthony Cooper, Lord Ashley. Di
dalam piagam berturut-turut tahun 1663 dan 1665 delapan orang ini menerima hak
bersama atas seluruh wilayah yang berada di antara garis lintang 29’ dan 36’
30’. Seperti halnya Lord Baltimore di Maryland, mereka berharap memperoleh
keuntungan sebagai tuan tanah dan spekulan tanah, menjual atau menghadiahkan
lain-lain dalam bidang kecil, dan menarik pembayaran tahunan. Terdapat dua
areal pemukiman yang terpisah, satu di utara dan satunya lagi di selatan
Semenanjung Fear. Setelah dua wilayah
diperlakukan sebagai satu koloni, dengan gubernur yang sama, pada akhirnya
pemilik modal menjadikan sebagai koloni terpisah pada tahun 1712, masing-masing
dengan gubernur yang berbeda sebagai pemiliknya.
Carolina
Utara dan Carolina Selatan mempunyai karakteristik dan sejarah yang agak berbeda. Penghuni pertama di Carolina Utara
berasal dari tanah koloni lain-sedikit
dari New England, sebagian besar berasal dari Virginia. Perintis ini
menunjukkan tanda-tanda lalai oleh si pemilik, yang telah memberikan
perhatiannya ke separuh selatan dari miliknya. Di Carolina Selatan pemiliknya
melihat kepada pembangunan kota
Charleston, dengan dermaga, benteng, rumah-rumah yang baik, dan jalan-jalan yang lebar.
Beberapa dari pemimpin-pemimpin awal koloni dan beberapa penduduk pertamanya
berasal dari perkebunan tebu yang mengalami kemunduran di India Barat Inggris,
khususnya Barbados. Perkebunan yang
makmur dibangun di tanah daratan, dan jumlah penduduk tumbuh lebih cepat di
sini dibandigkan di utara Tanjung Fear.
Pada
tahun setelah penghadiahan Carolina Charles II dilimpahi seluruh wilayah yang
terbentang antara Connecticut dan Sungai Delaware oleh saudaranya Duke of York
tahun 1664 ( setelah itu Raja James II).
Sebagian besar dari daratan ini agaknya menjadi milik Massachussetts Bay
Company atas atas hadiah perusahaan laut ke laut. Seluruh kawasan telah diklaim
oleh Belanda, yang telah menanamkan beberapa poin strategis di dalam kawasan
tersebut.
Republik
Belanda, setelah berhasil mencapai kemerdekaan dari Spanyol, segera membangun
karirnya dalam perdagangan luar negeri dan mebangun kekaisaran di Asia, Afrika,
dan Amerika. Untuk memperoleh keabadian dalam beberapa urusan, Perusahaan India
Barat Belanda mulai membangun perkampungan, mengangkut seluruh keluarganya
dalam sebuah perjalanan sampai yang disebut New Netherland pada tahun 164, dan
kemudian menawarkan model’patron’ yang akan membawa lebih banyak imigran guna
bekerja di tanah tersebut. Membangun koloni New Netherland.
Di
bawah sistem patron, setiap pemegang saham atau patron yang dapat membawa 50
orang dewasa ke lahannya dalam jangka waktu empat tahun, akan mendapat tanah
sepanjang 25 kilometer di tepi sungai, hak eksklusif untuk memancing dan
berburu, dan kekuasaan hukum perdata serta pidana di tanahnya. Sebagai
imbalannya, ia menyediakan ternak, alat pertukangan, dan bangunan. Para penyewa
mesti membayar sewa dan memberi pilihan pertama kepada sang patron untuk
membeli kelebihan panen.
Lebih
jauh lagi ke arah selatan, sebuah perusahaan dagang Swedia yang punya ikatan
dengan Belanda berupaya membangun hunian
pertamanya di sepanjang tepian Sungai Delaware tiga tahun kemudian. Tanpa
sumber kekayaan untuk mengukuhkan posisinya, New Sweden dengan cepat terserap
ke dalam New Netherland, dan kelak ke dalam Pennsylvania dan Delaware.
Teluk Massachussetts bukan satu-satunya
koloni yang digerakkan oleh motif agama. Di tahun 1681, William Penn, seorang
Quaker yang kaya raya dan merupakan teman Raja Charles II, menerima hibah tanah
luas di sebelah barat Sungai Delaware, yang kelak dikenal sebagai Pennsylvania.
Untuk membantu mengisi kawasannya, Penn aktif merekrut orang-orang yang telah
memisahkan diri dari gereja resmi di Inggris dan Eropa. Mereka adalah penganut
Quaker, Mennonite, Amish, Moravian, dan Baptis. Ketika Penn tiba tahun
berikutnya, sudah ada penghuni Belanda, Swedia, dan Inggris yang tinggal
sepanjang tepi Sungai Delaware. Di sinilah ia mendirikan Philadelphia, ‘Kota
Persaudaraan’.
Saat menjalankan kepercayaannya, Penn
digerakkan oleh naluri persamaan hak yang sering tidak ditemukan di koloni-koloni
lain di Amerika pada masa itu. Maka, kaum wanita di Pennsylvania sudah
mempunyai hak-hak jauh sebelum wanita di bagian lain Amerika. Penn dan para
pembantunya juga sangat memperhatikan hubungan baik koloni dengan suku Indian
Delaware, dengan memastikan suku Indian dibayar untuk setiap lahan yang dihuni
oleh orang-orang Eropa.
Masyarakat
dan Ekonomi di Koloni Selatan
Koloni-koloni di Selatan memiliki satu keunikan yang
menguntungkan menyangkut masalah iklim. Hasi pertanian perkebunan masyarakat koloni
di Selatan untuk kepentingan negeri induk. Virginia sebagai suatu wilayah
Selatan sangat terkenal hasil perkebunannya memang didukung selain faktor iklim
juga kesuburan tanah.
Dalam 1614 para kolonis Selatan mendirikan maskapai
perdagangan oleh pemerintah negara induk usaha itu disambut baik. Ketika
Virginia telah menjadi koloni kerajaan pada 1624, negara induk mulai mengangkat
seorang gubernur sebagai wakil kerajaan di koloni. Gubernur bersama the house of burgessts, semacam dewan
pembuat undang-undang koloni telah melakukan pertemuan rutin untuk membahas
pengaturan pemerintahan kolonis.
Bagaimana pun juga, pemerintahan Inggris tetap berpegang
teguh bawah basis ekonomi wilayah Selatan adalah merupakan pasar yang baik bagi
kepentingannya, disamping pula harus meningkatkan hasil-hasil produksinya di
Selatan. Maka, pemerintah kolonial Inggris segera menginstruksikan pembukaan
lahan-lahan baru untuk komoditi tembakau.
Dalam masyarakat yang berbasis pada sistem ekonomi
perkebunan sangat bergantung pada kebutuhan tenaga kerja. Perkebunan sebagai
lembaga ekonomi bagi koloni-koloni Selatan, merupakan sumber penghasilan dari
kemakmuran bagi wilayahnya. Sistem ekonomi perkebunan yang mulai tumbuh di masa
koloni merupakan suatu penghidupan yang terpenting. Selama masa koloni hagra
tanah relatif murah.
Sistem ekonomi perkebunan dengan dasar perbudakan
merupakan solusi bagi wilayah Selatan dalam mengatasi kebutuhan tenaga kerja.
Maka, keperluan untuk mengimpor tenaga kerja (budak) didatangkan dari wilayah
Afrika. Berbagai tanaman yang dihasilkan di wilayah itu diantaranya tembakau,
kapas, nila dan gula. Dalam masyarakat perkebunan para pemilik perkebunan
mempunyai peran penting dalam mengambil keputusan politik, sosial, dan kultral.
Konsekuensi logis dari solusi kebutuhan tenaga kerja
perkebunan di koloni Selatan, melahirkan terjadinya lembaga perbudakan. Impor
budak ke wilayah koloni Selatan dimulai pada 31 Agustus 1619, oleh John Rofle
seorang bangsawan Belanda yang telah menjual 20 orang negro ke Virginia.
Dalam masyarakat koloni Selatan terdapat
kelompok-kelompok pekerja tangan. Walaupun mendapat upah yang lebih tinggi dan
status sosialnya lebih baik darai pada pekerja tangan yang berada di Inggris
atau Eropa, mereka sering kali beralaih menjadi seorang petani. Karena
kepemilikan tanah memberi prestis tersendiri dan hal tersubut mudah untuk
dicapai.
Kultur
Koloni Utara (New England)
Di koloni-koloni utaraatau
daerah New England, sepereti halnya di daerah tengah dan selatan periode
ekspansi konomi ditandai dengan terbentuknya stratifikasi sosial baru. Namun
demikian, berbeda dengan koloni-koloni di daerah tengah dan selatan,
koloni-koloni utara pada zaman kolonisaasi tidak diikuti dengan gelombang
migrasi susulan dari Eropa dalam jumlah besar. Pertumbuhan penduduk lebih
disebabkan karena jumlah kelahiran daripada migrasi pada daerah yang iklimnya
mirip di Inggeris tersebut. Pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut
menyebabkan daya dukung daerah koloni menjadi berkurang. Sebagian penduduk yang
tinggal di perkotan tidak memiliki tempat tinggal yang memadai dan hidup
menganggur. Stratifikasi sosial dengan jelas terlihat di Boston dimana
masyarakat terbagi tiga antara kelompok pedagang aristokrat kaya yang
mendominasi perekonomian daerah koloni pada strata atas, para pekerja perkotaan
menempati strata tengah dan penduduk kota yang miskin pada lapisan bawah,
Kepadatan penduduk dan stratifikasi sosial seperti ini mendorong sebagian
penduduk New England genrasi ketiga dan keempat untuk bermigrasi ke daerah
perawan di belahan barat Amerika Utara untuk mencari pemukiman dan kehidupan
ekonomi baru.
Walaupun
terdapat perbedaan regional di antara daerah-daerah koloni, terdapat persamaan
dalam struktur sosial koloni-koloni Inggeris. Pada pertenghan abad ke-18 elit
local muncul pada semua daerah koloni. Berbeda dengan pemimpin sosial pada abad
sebelumnya,kelompok elit ini menampilkan sikip hormat terhadap kelompok
masyarakat bawah. Walaupum perbedaan status sosial (gap) antara masyarakat
kelas atas dan bawah tidak begitu nampak dalam masyarakat koloni Amerika
dibandingkan dengan di Inggeris, sebagian besar kaum kolonis menyadari
pentingnya menjaga status sosial mereka. Sebagai contoh, College Harvard dan
Yale meranking siswa berdasarkan kedudukan keluarga bukan atas dasar prestasi
belajar. Di kota kota pelabuhan kaum aristokrat pedagang meniru penampilan kaum
aristokrat Inggeris dan membangun rumah dengan gaya kaum aristokrat Inggris.
Sebagian kecil
kaum kolonis dapat meningkatkan status sosialnya sebagai kelas atas dengan
menjadi kelompok kaya. Sebagian besar orang kaya kulit putih masih
mencita-citakan memiliki status sosial lebih tinggi lagi dan oleh karena itu
mereka tidak terlalu mempersoalkan keberadaan stratifikasi sosial. Sebagian
besar kaum kolonis berada dalam status golongan menengah yang memiliki tingkat
kemakmuran yang baik. Di daerah koloni-koloni selatan, para petani penanam
tembakau mengolah lahannya sendiri sambil tetap mempekerjakan budak. Sedangkan
di New England dan koloni tengah petani-petani mandiri banyak terdapat di sana
dan sebagian di antaranya tinggal di kota dengan menampilkan gaya hidup
golongan menengah. Sebagian besar golongan bawah jaman kolonial berasal dari
kalangan pekerja tepas harian, pelaut, nelayan yang tidak banyak memiliki harta
benda. Masuk ke dalam kelompok ini juga adalah budak negro, para pelayan serta
golongan yang menjadi korban rasialisme dan diskriminasi ekonomi. Selama abad
ke-18 kelompok ini mengalami kesulitan dalam melakukan mobilitas sosial. Dari
kelompok ini pula sering muncul gerakan sosial yang menentang golongan elit
penguasa merkantilisme ekonomi koloni. Konflik antar golongan sosial seringkali
berpengaruh terhadap timbulnya konflik antar etnis Jerman dengan
Skotlandia-Irlandia, Inggris, Quaker dan penguasa Anglikan. Sedangkan kerusuhan
di perkotaan sering kali disebabkan karena masalah kriminal, pengangguran dan
protes sosial terhadap kemapanan. Namun demikian, kerusuhan masalah roti (Bread
riots) di Boston tahun 1710,1713, 1729, dan kekerasan dalam pemilihan elit
politik di Philadelhia tahun 1742, kerusuhan di New Port dan Norfolk bukan
hanya berdimensi sosial melainkan juga politik. Kekerasan sosial politik
tersebut mencapai puncaknya dalam Stamp Act (1765-1766) dan Pembantaian Boston
atau Boston massacre (1771).
Pada umumnya
kehidupan para kolonis di bagian Utara mereka terdiri dari ayah, ibu, serta
para keluarganya. Pada awal kehidupannya, ayah dan putra laki-lakinya
mengerjakan ladangnya, menanam dan memetik hasil tanahnya, disamping pula ada
kegiatan berburu dan menangkap ikan. Mereka juga berternak , membuat dan
memperbaiki rumah.
Kultur yang
mendasarkan pada basis kehidupan pedagangan dan industri yang baik di
koloni-koloni Utara terutama New England dalam menyikapi terhadap keberadaan
orang-orang kulit hitam di Amerika sangat berbeda dengan pandangan dari kolonis
di Selatan. Mereka menentang sikap dan tindakan warga koloni Selatan terhadap
perbudakan kepada tenaga budak. Mereka beralasan bahwa perbudakan jelas
melanggar sendi-sendi demokrasi. Teori demokrasi berlaku bagi seluruh warga
koloni di Amerika tanpa memandang perbedaan ras, kepercayaan, bangsa ataupun
bahasa.
Daerah koloni-koloni di Utara :
1).
New England
New
England adalah nama yang diberikan oleh Kapten John Smith, yang telah
menjelajahi pantai tersebut dan menerbitkan sebuah laporan, termasuk
mengambarkan petanya. Hak untuk menguasai wilayah tersebut telah berlalu bagi
kelompok pedagang Plymouth pada waktu yang bersamaan (1606) kelompok London
mendapatkan keuntungan dari kolonisasi di Selatan. Setelah usaha bertanam di muara Sungai Kennebec
gagal, perusahaan Plymouth mereorganisasi sebagai Dewan atas New England, suatu
badan hukum dalam real estate daripada sekedar memajukan perdagangan. Dewan
tersebut memindahkan tanah-tanahnya menjadi milik individual dan
perusahaan-perusahaandalam serangkaian dana bantuan yang tumpangtindih dan
membingungkan. Hal ini, tetap atau berubah tergantung dana bantuan langsung
dari Raja, asal saja dasar untuk semua koloni yang muncul di New England –
Massachussetts (termasuk Plymouth dan Maine), Connecticut, Rhode Island, serta
New Hampshire.
Sebagian
besar dari penduduk koloni New England dan hampir seluruh koloni adalah kaum
Puritan, yang mempunyai motif keagamaan kuat yang sama kuatnya dengan motif
ekonomi waktu meninggalkan inggris untuk bermukim di seberang lautan.
Di
wilayah New England pada masa kolonial sering terjadi perikaian antara
sekte-sekte agama Nasrani sebagai pewaris darinegara induk. Berbagai pertikaian
itu terjadi pada orang-orang Katholik, Anglikan, Presbyterian dan Prostestan.
Sumber pertikaian banyak menyangkut pada masalah keyakinan agama yang dipeluk.
Peristiwa
yang paling mencolok dalamsejarah New England adalah dibentuknya Konfederasi
New England 1643 yang anggotannya terdiri dari Connecticut, New Heaven,
Plymouth dan Massacusettes. Tujuan dibentuknya Konfederasi itu adalah untuk
menggalang kekuatan dalam mengahadapi ancaman dari orang-orang Indian terutama
bangsa Narragansett. Disamping pula mewaspadai anacaman dari Prancis dan
Belanda terhadap wilayah ini.
Ekologi
wilayah New England berdasarkan sitem ekonomi perdagangan dan industri. Pada
tahun 1763, sebagian besar masyarakat New England masih sebagai petani, tetapi
memulai banyak pula yang menjadi pedagang, ahli teknik, pelaut, nelayan, dan
pengusaha. Keberhasilan memanfaatkan potensi hasil laut, warga New England
mengembangkan jalur perdagangan maritim yang intensif. Struktur masyarakat New
England keberadaan kelompok aristokrat tidaklah dominan.
2). Massachusetts
Pada
1629, sekelompok orang Puritan dan para pedagang meyakinkan Raja Charles I agar
memberikan dana bantuan untuk memperoleh daerah baru bagi kongsi perdagangannya
yang disebut Massachusetts Bay Company, wilayah
itu untuk suatu pemukiman terdapat disebelah uatara koloni Plymouth.
Sebenarnya, awal perjalanan orang-orang Puritan sudah mulai berlayar sekitar
1619 telah sampai di New England dengan menumpang dua buah kapal maisng-masing
bernama the Speedwell dan the MayFlower , pada 5 Agustus 1619.
Sebelum
Massachusetts resmi menjadi koloni kerajaan pada 1691, koloni tersebut dikuasai
para pemuka agama Puritan dengan bantuan sebagian para pedagang. Perlu
diketahui, bahwa kedudukan agama dalam kehidupan masyarakat kolonial menjadi
dasar pembangunan koloni, umumnya menjadi pegangan kuat dalam masyarakat dan
pemerintahan. Agama dan gereja di wilayah Amerika Utara memperoleh tempat yang
terkemuka.
Dalam
periode 1629-1640, Persekutuan Dagang yang dimotori oleh para pedagang Lomdon
sangat giat mengadakan pelayaran menuju ke Teluk Massachusett. Para kolonis
dengan disponsori oleh para pemuka agama berhasil menyusun suatu kota koloni
sebagai ibukota Massachusett adalah yakni Boston.
3). Rhode Island
Tidak semua orang
menyukai hukum kolot dan kaku dari kaum Puritan. Salah seorang yang pertama
kali berani menentang Pengadilan Umum secara terbuka adalah pendeta muda Roger
Williams. Ia keberatan atas perampasan tanah suku Indian yang dilakukan secara
semena-mena oleh pihak koloni dan hubungan koloni dengan Gereja Inggris.
Setelah
lima tahun kedatangannya di Plymouth, Roger Williams beserta pendukungnya mulai
membangun kota di Rhode Island. Kota Providence sebagai ibukota propinsi
berhasil dibangun pada 1636. Seperti halnya wilayah propinsi-propinsi wilayah
koloni Inggris Rhode Island sebagai area pertanian dan perkebunan. Roger
Williams dikenal sebagai pendiri Gereja Baptis Amerika hal tersebut berhasil
dilakukan pada 1638. Pendirian gereja itu dimaksudkan untuk mempromosikan
dengan teologis Calvinst orang-orang turunan yang pernah dianutnya sampai akhir
hayatnya.
4). Connecticut
Latar
belakang orang-orang Connecticut berasal dari para imigran yang sebagian besar
berasal dari kelompok Puritan. Rupannya motif ekonomi lebih banyak mendorong
terjadinya migrasi sebelum melakukan penjelajahan ke New England itu. Dibawah
pimpinan Thomas Hooker rombongan meminta izin pada pemerintahan Inggris untuk
melakukan migrasi pada 1634. Pada tahun 1636 berhasil menemukan Connecticut.
Dipimpin
oleh Thomas Hooker, mereka mengorganisasikan pemerintah koloni di Connecticut
pada 1637 sebagai respon dari ancaman orang-orang Indian suku Pequot, yang
hidup disebalah timur sungai Connecticut.
Connecticut
sebagai sebuah koloni Inggris mulai diorganisasikan dengan baik. Pada 1639,
pemerintah kolonial di Connecticut mulai menyusun peraturan yang disenut dengan
“ Fundamental Orders Connecticut “
berisi sekumpulan undang-undang untuk menata pemerintahan. Dibentuk suatu
Majelis Umum (General Court) yang
anggotanya terdiri dari para wakil kota, dipimpin oleh seorang gubernur dan
wakilnya, mereka dipilih secara berkala. Pemerintahan orang-orang Puritan di Connecticut
memiliku undang-undang yang liberal, mereka menolak hak veto gubernur yang
dianggap sebagi representasi dari pemerintahn kolonial Inggris. Dewan gereja
orang-orang Puritan ikut mengawasi samapai terciptanya Piagam Kerajaan tahun
1691. Piagam Kerajaan 1691 memuat mengenai tuntutan kaum Dissenters agar terjadinya
rasa toleransi The Glorious Revolution,
hal itu menghasilkan rentetan dari undang-undang yang disebut Toleration Art.
5). New Hampshire
New
Hampshire sebagai suatu koloni juga terdapat di wilayah New England. Tokoh
terkemuka dalam koloni itu disebut-sebut nama Sir Verdinando Gorges dan Kapten
John Manson yang pada 1622 telah berhasil mempersembahkan koloni ini kepada
pemerintahan Inggris. Wilayah ini terletak di lingkungan Sungai Pistacaqua.
Antara kedua tokoh itu bersepakat bahwa pada 1629 membagi wilayah itu, Mason
mengambil bagian sebelah selatan yang ia namakan New Hampshere. Dalam 1630
mulai masuk imigran ke wilayah New Hampshire. Dalam perkembangannya, pada 1691
berhasil didirikan kota koloni yakni Kota Concord sebagai ibukota Koloni New Hampshire.
Masyarakat
dan Ekonomi di Utara (New England)
Pemerintah danpola-pola tanah pemukiman
dikelolah orang-orang Puritan di New Engalnd yang berideologi pada konsep
Calvinist. Pendidikan dan agama diberikan tempat yang spesial dan penting dalam
kehidupan. Gereja dan negara bersatu menghasilkan pendidikan umum.
Berbagai hasil pertanian dan perkebunan dihasilkan oleh
petani di New Engaland seperti gandum, barley, oats (sejenis gandum) beberapa
ternak seperti babi dan biri-biri. Pembuatan kapal-kapal di New Engaland
didorong oleh melimpahnya kekayaan potensi laut dengan banyaknya ikan yang
berhasil ditangkap.
Dalam bidang pendidikan di masyarakat New England
pendidikan sekolah sudah menunjukkan kedisiplinan yang diberikan guru. Dalam
bidang seni di New England bagaimanapun unsur-unsur budaya lama dari negeri
induk telah mempengaruhi karya seni meraka.
Koloni di New England mempunyai hubungan tersendiri dalam
menyususn pmerintahan lokal. Di koloni ini mencatat cara tersendiri dalam
menyusun suatu pemerintahan. Dasar utama menyusun pemerintahan adalah pada
keberadaan kota, memebawahi desa-desa dan sekelilingnya. Pemerintah lokal
berupa pemerintah kota karena berperannya kaum Yankee.
Kultur
Koloni Bagian Tengah
Di koloni bagian tengahkaum
kolonis memusatkan kegiatan ekonominya pada sektor pertanian terutama
biji-bijian, babi dan sapi yang dapat dieskpor ke West Indies. Hasil pertanian tersebut
dapat meningkatkan kemakmuran bukan hanya para petani di daerah pertanian yang
subur melainkan juga para pedagang di perkotaan seperti New York dan
Philadelphia.
Namun demikian
tidak semua kaum kolonis di daerah itu memperoleh kemakmuran. Sebagian di
antara mereka tetap miskin seperti hainya ketika hidup di negeri asalnya.
Kondisi ini telah menciptakan struktur sosial baru. Penguasa Inggeris di New
York, seperti hainya penguasa Belanda sebelum mereka, memberikan hak penguasaan
tanah kepada tuan-tuan tanah kaya. Sebagian petani berperan sebagai penyewa
terhadap tuan-tuan tanah sehingga terbentuklah kelas petani penyewa tanah.
Sedangkan di perkotaan, selain dihuni oleh golongan aristokrat dan pedagang
juga terdapat kelas pekerja yang tidak memiliki ketrampilan. Kelompok terakhir
ini menempati lapisan sosial paling bawah dan sulit melakukan mobilitas sosial
setelah relasi sosial dengan elit politik dan pedagang kaya tertutup bagi
mereka. Perkawinan anak keluarga elit politik dengan anak keluarga pedagang
pengusaha kaya telah memperkuat aliansi di antara mereka untuk mengontrol
institusi politik daerah koloni.
Selain pertanian kehidupan masyarakat koloni di Bagian
Tengah juga mendasarkan pada sektor pedagangan dan industri. Koloni-koloni yang
termasuk wilayah Bagian Tengah adalah propinsi New York, New Jersey,
Pensylvania dan Delaware. Penduduknya terdiri dari multi bangsa selain Inggris
juga didapati orang-orang Swedia, Finlandia, Belanda dan Jerman. Di New York
dan New Jersey, misalnya kultur dan bahasa Belanda masih melekat selama masa
koloni. Demikian pula koloni Delaware telah menjadi percampuran etnis antara
orang-orang Swedia dan Finlandia, ketika pemukim-pemukim imigrasi orang Inggris
dan Welsh Quakers, kemudian diikuti pula orang-orang Jerman dan
Scotlandia-Irlandia. New York dan Philadelaphia merupakan pusat-pusat
perdagangan di koloni Bagian Tengah.
Kultur yang mendasarkan pada basis kehidupan pedagangan
dan industri yang baik di koloni-koloni Bagian Tengah dalam menyikapi terhadap
keberadaan orang-orang kulit hitam di Amerika sangat berbeda dengan pandangan
dari kolonis di Selatan. Mereka menentang sikap dan tindakan warga koloni
Selatan terhadap perbudakan kepada tenaga budak. Mereka beralasan bahwa
perbudakan jelas melanggar sendi-sendi demokrasi. Teori demokrasi berlaku bagi
seluruh warga koloni di Amerika tanpa memandang perbedaan ras, kepercayaan,
bangsa ataupun bahasa
Daerah Koloni-Koloni di
Bagian Tengah :
1). New York
Pada
awalnya koloni ini bernama Nieuw Amsterdam, sesuai dengan perintisnya, yaitu
kongsi dagang Belanda 1624.Pada tahun 1664 diambil alih oleh Inggris dan
namanya diganti dengan mana New York. Nama itu diambil sesuai dengan nama Duke
of York yang berkuasa di Inggris dengan gelar James II
2). Pensylvania
Koloni ini merupakan
pengembangan dari koloni New York.William Penn merupakan perintis terbentuknya
koloni ini.Penn mengembangkan semangat liberal di koloni in. Hal itu disebabkan
karena ia penganut Quaker (salah satu sekte Kristen Protestan). Kebijakan yang
bersifat liberal itu membuat Pennsylvania berkembang pesat.
Masyarakat
dan Ekonomi di Koloni Bagian Tengah
Penduduk di wilayah koloni Bagian Tengah
lebih banyak berisi aneka ragam etnis. Awal keberadaan kolonis dihuni oleh
orang-orang non Inggris yang mulai bermukim di Lembah Mohawk pada 1709 menuju
Pennsylvania, kemudian mereka menjadi dikenal sebagai “Pennsylvania Dutch. DiPennsylvania banyak didapati petani Jerman,
mereka sedikit banyak masih terikat oleh tanah kemudian menjadi milik Inggris.
Para
petani di Bagian Tengah menanam beraneka ragam jenis tanaman meraka cukup
memiliki lahan-lahan luas. Penduduk berdiam di pedesaan, namun pada umumnya
warga koloni itu mulai merasakan arti pentingnya kebebasan, baik dalam aspek
politik maupun agama.
Keunikan
yang didapat dari koloni di Bagian Tengah memancarkan adanya pluralisme di
semua kehidupan baik yang menyangkut aspek ekonomi, agama, maupun kultural.
Elemen-elemen inilah yang nantinya akan membentuk apa yang disebut bangsa
Amerika.
Ekologi alam yang amat subur
menjadikan penduduk koloni itu lebih cepat berkembang, banyak memiliki gagasan
untuk mengembangkan ekonomi dikoloninya. Keberadaan ketiga sungai besar ,
masing-masing Hudson, Delaware, dan Susquehanna merupakan modal utama dalam
mengembangkan sektor perdagangan melalui jalur transportasi sungai .
Posisi geografis dan kultural di
koloni itu menjadikan wilayah tersebut dihuni oleh banyak etnis. Terjadi
berbagai silang budaya dan perkawinan dihuni oleh banyak etnis. Dalam segi agama
penduduknya lebih banyak memeluk agama Puritan. Di New York dan New Jersey
kultur dan bahasa Belanda berpengaruh pada masa itu, dan ada kaiatannya dengan
terjadinya reformasi gereja di Belanda. Lembah sungai Delaware yang subur itu
terdapat sekelompok penghuni orang Swedia dan Finlandia, pemukim awal, kemudian
terjadi percampuran etnis Jerman dan Skotlandia.
3. Agama dan Pendidikan
Terjadi kaitan erat anatar aspek
kehidupan agama dan pendidikan di lingkungan pemerintah kolonial. Aspek agama
banyak memeberikan pengaruh terhadap corak pendidikan koloni.
Bahwa faktor
agama di koloni Inggris di Amerika merupakan faktor penting dalam penyususnan
pemerintahan koloni. Agama merupakan faktor dominan dalam pembentukan
koloni-koloni Inggris di Amerika. Proses pembuangan yang dilakukan oleh
pemerintah Inggris terhadap warga yang berbeda dengan agama negara merupakan
hukuman yang sangat mengerikan. Kelompok Separatis menyebut sebagai Pilgrims dibuang dari Inggris ke Belanda
pada 1608. Mereka merasa memiliki sendiri otoritasnya terhadap agama yang
mereka anut. Kelompok Separatis ini diusir dari negara.
Kebebasan
Beragama
Di Belanda kaum Pilgrims memperoleh
kebebasan dalam memeluk agama. Bagaimana pun para petani, mereka mendapat
kesulitan untuk menyesuaikan dengan kehidupan dibeberapa kota di Belanda.
Mereka berharap bisa berada di Benua Baru dan dapat menyebarluaskan “kejayaan
kerajaan Kristen”
New Jersey memiliki daya tarik bagi para
pemeluk agama yang ingin mempraktikkannya. Kelompok Baptis, dapat hidup bebas
tidak terhalangi seperti yang terjadi di Massachusett dan New Hampshire. Di
seberang sungai Delaware, William Penn’s membuat suatu eksperimen suci berupa
suatu model pemerintahan lokal yang berdedikasi pada ide toleransi agama, liberalisme
politik dan penolakan perang.
Apa yang telah digagas Penn’s itu adalah
untuk menjamin warga terhadap kebebasan memeluk agama yang diyakini. Wilayah
koloni Bagian Tengah memilki beraneka ragam latar belakang etnis, aktivitas
ekonomi dan organisasi sosial yang kesemuanya itu direfleksikan dalam religi
mereka. Para warga gereja Lutherans, Congregationalist, Presbyterian,
Mennonites, Dunkard, Marovians, Anglikans, Baptis, Calvinis Belanda dan Jerman,
mereka itu banyak mengerjakan tanah-tanagh pertanian . Kebebasan memuja
terhadap suatu keyakinan yang dipeluknya dijamin untuk setiap warga, dan
pemerintahan koloni tidak akan mencampuri masalah agama. Namun demikian,
kepercayaan agama yang bertalian dengan kontroversial politik di Pennsylvania
menimbulkan perang antara Inggris dan Prancis.
Kehidupan
Pendidikan Masa Kolonial
Pertumbuhan kehidupan intelektual pada
masa koloni banyak terkendala oleh beberapa faktor. Semua penghasilan yang
terdapat diberbagai koloni harus dipasok untuk kepentingan Inggris. Para
intelektual koloni khususnya di koloni-koloni Selatan dan di Bagian Tengah
mulai memikirkan untuk memajukan disektor pendidikan.
Pendidikan diberbagai Koloni Amerika
memiliki sifat-sifat tradisional, artinya bahwa pendidikan dalam ide tradisonal
menunjukkan tatakrama masyarakat bagaimanapun dasar-dasar pendidikan masa
koloni mendapat pengaruh kuat dari ajaran-ajaran gereja. Dapat disebutkan bahwa
pendidikan koloni New England membuktikan banyak didirikannya berbagai sekolah
untuk kepentingan masyarakat koloni. Mereka sadar betapa pentingnya pendidikan
yang dapat memberikan pencerahan masyarakat.
Motor penggerak dalam dunia pendidikan
di koloni New England adalah orang-orang Puritan. Sedangkan dikoloni
Pennysylvania yang diseponsori oleh kelompok Quackers. Nama William Penn’s
disebut-sebut sebagai orang yang peduli terhadap arti pentingnya pendidikandan
ia secara finansial membantu pendiriaana sekolah-sekolah dan memperhatikan
kesejahteraan guru. Di Selatan upaya mendirikan sekolah terkendala oleh banyaknya
penduduk yang tersebar dan di bagian-bagian pedesaan pendidikan seringkali
terlupakan dan tersia-siakan.
Para pemilik perkebunan kaya dan para
pedagang dari Tidedewater mengirim anak-anak mereka belajar ke Inggris.
Dibeberapa daerah yang rakyatnya sejahtera berinisiatif secara kolektif
mendirikan sekolah-sekolah lanjutan.
Kelompok Puritan dan Quackers memiliki peran yang sangat besar dalam
memajukan pendidikan di koloni.
KEHIDUPAN
KOLONI POTUGIS DI AMERIKA
Pada awalnya Amerika
Selatan sebenarnya kurang menarik bagi Bangsa Portugis, akan tetapi dengan
adanya penjelajahan Bangsa Portugis yang dilakukan oleh Pedro Alvares Cabral
yang awalnya berlayar ke India, tetapi karena berlawanan dengan arus laut ia
kemudian terdampar dan menemukan pantai Brasil dalam tahun 1500 dan di India
didirikan pangkalan dagang. Dan ekspedisi Pedro Alvares Cabral ke Brasil pada
tanggal 22 April 1500 merintis kekuasaan bangsa Portugis atas wilayah Amerika
Selatan. Yang mana para penguasa dan pedagang lokal di daerah tersebut harus
tunduk pada Portugal, apabila ada perlawanan akan terjadi penyerangan maupun
penaklukan. Dan untuk mengkonsolidasikan dan memperkuat kendali Portugis atas
Brasil, pada tahun 1553 Raja John III membentuk 12 sistem kerajaan kecil
meskipun hanya Pernambuco dan Sao Vicente yang benar-benar menguntungkan.
Pelabuhan-pelabuhan
penting yang awalnya dikuasai para pedagang Portugis akhirnya diserahkan pada
kekuasaan tahta antara tahun 1580-1640.Pada saat itu Raja Philip II dari
Spanyol berhasil merebut singgasana Portugis dan menguasai seluruh semenanjung
Iberia.Raja Spanyol juga menguasai daerah jajahan Portugis di Afrika, Asia dan
Amerika.Antara Portugis dan Spanyol kemudian terjadi perjanjian Tordesillas (7
Juni 1494), yang membagi daerah kekuasaan mereka menjadi dua bagian dengan satu
garis demarkasi yang berawal dari garis meridian 370 sebelah Barat Kepulauan
Cape Varde. Pada Perjanjian Zaragoza (22 April 1529) garis demarkasi diperluas
hingga ke Samudera Pasifik, sehingga Portugis memperoleh Filipina namun
kemudian ditukar oleh Spanyol dengan daerah Amerika Latin, yakni Brazil yang
berada di sebelah barat demarkasi Tordesillas.
Yang mana sudah
diketahui bahwa kayu celup atau kaya adalah tujuan komersial awal Bangsa
Portugis.Tetapi ada sumber alam lainnya seperti gula tebu adalah salah satu
komoditas utama selain kayu pau.Pusat utama produksi gula adalah
Pernambuco.Gula adalah kegiatan ekonomi utama di Brasil, pada abad keenam belas
dan ketujuh belas. Sebagai koloni eksploitasi, ekonomi Brasil memiliki tiga karakteristik
sebagai berikut:
• perkebunan besar
• monokultur, pasar ekspor
• perbudakan (dominasi perbudakan
hitam).
Pada akhir abad ke-17
ditemukan kekayaan mineral, seperti Emas yang ditemukan pada 1693 di wilayah
pedalaman bagian Minas Gerais, di bagian selatan koloni itu.Penemuan ini
menciptakan demam emas besar pertama di benua Amerika membuka pedalaman serta
mendukung ekonomi Brasil pada abad ke-18. Berlian juga ditemukan dalam jumlah
besar di wilayah yang sama di abad ke-18.
KEHIDUPAN
KOLONI SPANYOL DI AMERIKA
Di antara tokoh-tokoh terpenting di awal
penjelajahan bangsa Spanyol adalah Hernando De Soto, seorang conquistador
kawakan yang bermitra dengan Fransico Pizzaro selama penakhlukkan Peru. Setelah
meninggalkan Havana pada tahun 1539, ekspedisi De Soto mendarat di Florida dan
menjelajah ke Amerika Serikat tenggar sampai sejauh Sungai Mississippi dalam
pencarian harta karun. Orang Spanyol lainnya, Fransisco Coronado, memulai dari
Mexico pada tahun 1540 untuk mencari Tujuh Kota Cibola yang menurut mitos
berlimpah emas. Penjelajahan Coronado membawanya sampai ke Grand Canyon dan
Kansas, namun gagal menemukan emas atau harta karun yang didambakan anak
buahnya. Meskipun demikian, pasukan Coronado meninggalkan hadiah yang tak
disengaja di daerah itu, cukup banyak kuda yang kabur untuk mengubah kehidupan
di Daratan Besar (Great plains). Beberapa generasi kemudian, orang-orang Indian
Plains telah menjadi ahli penunggang kuda, kecakapan yang selanjutya sangat
meningkatkan rentang dan cakupan kegiatan mereka. Sementara orang Spanyol
merangsek maju dari arah selatan.
Kekayaan
berlimpah-limpah yang berguyur masuk ke Spanyol dari koloninya di Meksiko,
Karibia, dan Peru, merangsang penguasa negara-negara Eropa lainnya. Dalam tempo
singkat, negara-negara bahari baru termasuk Inggris muncul dan mulai ambil
bagian di Dunia Baru. Salah satu penyebabanya adalah keberhasilan Francis Drake
merampas kapal-kapal pembawa harta Spanyol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar